Kamis, 27 Februari 2020

KITAB SUCI



Sesuai dengan kehendak Allah terjadilah pengalihan Injil atas dua cara:
  • -- secara lisan "oleh para Rasul, yang dalam pewartaan lisan, dengan teladan serta penetapan-penetapan meneruskan entah apa yang mereka terima dari mulut, pergaulan, dan karya Kristus sendiri, entah apa yang atas dorongan Roh Kudus telah mereka pelajari";
  • -- secara tertulis "oleh para Rasul dan tokoh-tokoh rasuli, yang atas ilham Roh Kudus itu juga telah membukukan amanat keselamatan" (DV 7). (KGK 76)

  • "Adapun, supaya Injil senantiasa terpelihara secara utuh dan hidup di dalam Gereja, para Rasul meninggalkan Uskup-Uskup sebagai pengganti-pengganti mereka, yang `mereka serahi kedudukan mereka untuk mengajar" (DV 7). Maka, "pewartaan para Rasul, yang secara istimewa diungkapkan dalam kitab-kitab yang diilhami, harus dilestarikan sampai kepenuhan zaman melalui penggantian-penggantian yang tiada putusnya" (DV 8). (KGK 77)
    Dengan demikian penyampaian Diri Bapa melalui Sabda-Nya dalam Roh Kudus tetap hadir di dalam Gereja dan berkarya di dalamnya: "Demikianlah Allah, yang dahulu telah bersabda, tiada henti-hentinya berwawancara dengan Mempelai Putera-Nya yang terkasih. Dan Roh Kudus, yang menyebabkan suara Injil yang hidup bergema dalam Gereja, dan melalui Gereja dalam dunia, menghantarkan Umat beriman menuju segala kebenaran, dan menyebabkan Sabda Kristus menetap dalam diri mereka secara melimpah (lih. Kol 3:16)" (DV 8). (KGK 79)

Apa dasar hubungannya Tradisi dan Kitab suci

  • "Tradisi Suci dan Kitab Suci berhubungan erat sekali dan terpadu. Sebab keduanya mengalir dari sumber ilahi yang sama, dan dengan cara tertentu bergabung menjadi satu dan menjurus ke arah tujuan yang sama" (DV 9). Kedua-duanya menghadirkan dan mendayagunakan misteri Kristus di dalam Gereja, yang menjanjikan akan tinggal bersama orang-orang-Nya "sampai akhir zaman" (Mat 28:20) .
  • "Kitab Suci adalah pembicaraan Allah sejauh itu termaktub dengan ilham Roh ilahi".
  • "Oleh Tradisi Suci Sabda Allah, yang oleh Kristus Tuhan dan Roh Kudus dipercayakan kepada para Rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya mereka ini dalam terang Roh kebenaran dengan pewartaan mereka memelihara, menjelaskan, dan menyebarkannya dengan setia" (DV 9).(KGK 81)
  • "Dengan demikian maka Gereja", yang dipercayakan untuk meneruskan dan menjelaskan wahyu, "menimba kepastiannya tentang segala sesuatu yang diwahyukan bukan hanya melalui Kitab Suci. Maka dari itu keduanya [baik tradisi maupun Kitab Suci] harus diterima dan dihormati dengan cita rasa kesalehan dan hormat yang sama" (DV 9). (KGK 82)

TRADISI SUCI


  • Allah "menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran" (1Tim 2:4), artinya supaya semua orang mengenal Yesus Kristus. Karena itu Kristus harus diwartakan kepada semua bangsa dan manusia dan wahyu mesti sampai ke Batas-Batas dunia."Dalam kebaikan-Nya Allah telah menetapkan, bahwa apa yang diwahyukan-Nya demi keselamatan semua bangsa, harus tetap utuh untuk selamanya dan diteruskan kepada segala keturunan" (DV 7).(KGK 74)
  • "Maka Kristus Tuhan, yang menjadi kepenuhan seluruh wahyu Allah yang Mahatinggi (lih. 2Kor 1:30; 3:16-4:6), memerintahkan kepada para Rasul, supaya Injil, yang dahulu telah dijanjikan melalui para nabi dan dipenuhi oleh-Nya serta dimaklumkan-Nya sendiri, mereka wartakan kepada semua orang, sebagai sumber segala kebenaran yang menyelamatkan serta sumber ajaran kesusilaan, dan dengan demikian dibagi-bagikan karunia-karunia ilahi kepada mereka" (DV 7). (KGK 75)

Sesuai dengan kehendak Allah terjadilah pengalihan Injil atas dua cara:
  • - secara lisan "oleh para Rasul, yang dalam pewartaan lisan, dengan teladan serta penetapan-penetapan meneruskan entah apa yang mereka terima dari mulut, pergaulan, dan karya Kristus sendiri, entah apa yang atas dorongan Roh Kudus telah mereka pelajari";
  • - secara tertulis "oleh para Rasul dan tokoh-tokoh rasuli, yang atas ilham Roh Kudus itu juga telah membukukan amanat keselamatan" (DV 7). (KGK 76)
Penerusan yang hidup ini yang berlangsung dengan bantuan Roh Kudus, dinamakan "tradisi", yang walaupun berbeda dengan Kitab Suci, namun sangat erat berhubungan dengannya. "Demikianlah Gereja dalam ajaran, hidup serta ibadatnya melestarikan serta meneruskan kepada semua keturunan dirinya seluruhnya, imannya seutuhnya" (DV 8). "Ungkapan-ungkapan para Bapa Suci memberi kesaksian akan kehadiran tradisi itu yang menghidupkan, dan yang kekayaannya meresapi praktik serta kehidupan Gereja yang beriman dan berdoa" (DV 8). (KGK 78)
  • Tradisi yang kita bicarakan di sini, berasal dari para Rasul, yang meneruskan apa yang mereka ambil dari ajaran dan contoh Yesus dan yang mereka dengar dari Roh Kudus. Generasi Kristen yang pertama ini belum mempunyai Perjanjian Baru yang tertulis, dan Perjanjian Baru itu sendiri memberi kesaksian tentang proses tradisi yang hidup itu. Tradisi-tradisi teologis, disipliner, liturgis atau religius, yang dalam gelindingan waktu terjadi di Gereja-gereja setempat, bersifat lain. Mereka merupakan ungkapan-ungkapan Tradisi besar yang disesuaikan dengan tempat dan zaman yang berbeda-beda. Dalam terang Tradisi utama dan di bawah bimbingan Wewenang Mengajar Gereja, tradisi-tradisi konkret itu dapat dipertahankan, diubah, atau juga dihapus. (KGK 83)
  • "Tradisi Suci dan Kitab Suci merupakan satu perbendaharaan keramat Sabda Allah yang dipercayakan kepada Gereja " (DV 10). Di dalamnya Gereja yang berziarah memandang Tuhan, sumber segala kekayaannya, seperti dalam sebuah cermin. (KGK 97)

MAGISTERIUM

Magisterium adalah Wewenang Kuasa mengajar Gereja. dasar Magisterium adalah sebagai berikut :

  • "Adapun tugas menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu, dipercayakan hanya kepada Wewenang Mengajar Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan alas nama Yesus Kristus" (DV 10).(KGK 85)
  • "Wewenang Mengajar itu tidak berada di alas Sabda Allah, melainkan melayaninya, yakni dengan hanya mengajarkan apa yang diturunkan saja, sejauh Sabda itu, karena perintah ilahi dan dengan bantuan Roh Kudus, didengarkannya dengan khidmat, dipelihara dengan suci, dan diterangkannya dengan setia; dan itu semua diambilnya dari satu perbendaharaan iman itu, yang diajukannya untuk diimani sebagai hal-hal yang diwahyukan oleh Allah" (DV 10). (KGK 86)
  • Kaum beriman mengenangkan perkataan Kristus kepada para Rasul: "Barang siapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku" (Luk 10:16) dan menerima dengan rela ajaran dan petunjuk yang diberikan para gembala kepada mereka dalam berbagai macam bentuk. (KGK 87)
  • Wewenang Mengajar Gereja menggunakan secara penuh otoritas yang diterimanya dari Kristus, apabila ia mendefinisikan dogma-dogma, artinya apabila dalam satu bentuk yang mewajibkan umat Kristen dalam iman dan yang tidak dapat ditarik kembali, ia mengajukan kebenaran-kebenaran yang tercantum di dalam wahyu ilahi atau secara mutlak berhubungan dengan kebenaran-kebenaran demikian. (KGK 88)
  • Tugas untuk menjelaskan Sabda Allah secara mengikat, hanya di serahkan kepada Wewenang Mengajar Gereja, kepada Paus dan kepada para Uskup yang bersatu dengannya dalam satu paguyuban. (KGK 100)

HIERARKIS GEREJA KATOLIK


Menurut Ajaran resmi Gereja struktur Hierarkis termasuk hakikat kehidupan-nya juga. Perutusan ilahi, yang dipercayakan Kristus kepada para rasul itu, akan berlangsung sampai akhir zaman (lih. Mat 28:20). Sebab Injil, yang harus mereka wartakan, bagi Gereja merupakan azas seluruh kehidupan untuk selamanya. Maka dari itu dalam himpunan yang tersusun secara hirarkis yaitu para Rasul telah berusha mengangkat para pengganti mereka.Maka Konsili mengajarkan bahwa "atas penetapan ilahi para uskup menggantikan para rasul sebagai gembala Gereja" Kepada mereka itu para Rasul  berpesan, agar mereka menjaga seluruh kawanan, tempat Roh Kudus mengangkat mereka untuk menggembalakan jemaat Allah (lih. Kis 20:28).(LG 20). Pengganti meraka yakni, para Uskup, dikehendaki-Nya menjadi gembala dalam Gereja-Nya hingga akhir jaman (LG 18).
makdud dari "atas penetapan ilahi para uskup menggantikan para rasul sebagai gembala Gereja" ialah bahwa dari hidup dan kegiatan Yesus timbulah keplompok orang yang kemudian berkembang menjadi Gereja, seperti yang dikenal sekarang. Proses perkembangan pokok itu terjadi dalam Gereja perdana atau Gereja para rasul, Yakni Gereja yang mengarang Kitab Suci Perjanjian baru. Jadi, dalam kurun waktu antara kebangkitan Yesus dan kemartiran St. Ignatius dari Antiokhia pada awal abad kedua, secara prinsip terbentuklah hierarki Gereja sebagaimana dikenal dalam Gereja sekarang.
Striktur Hierarkis Gereja yang sekarang terdiri dari dewan para Uskup dengan Paus sebagai kepalanya, dan para imam serta diakon sebagai pembantu uskup

1. Para Rasul
Sejarah awal perkembangan Hierarki adalah kelompok keduabelas rasul. Inilah kelompok yang sudah terbentuk waktu Yesus masih hidup. Seperti Paulus juga menyebutnya kelompok itu " mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku" (Gal 1:17). Demikian juga Paulus pun seorang rasul, sebagaimana dalam Kitab Suci (1Kor 9:1, 15:9, dsb)
Pada akhir perkembangannya ada struktur dari Gereja St. Ignatius dari Antiokhia, yang mengenal "penilik" (Episkopos), "penatua" (presbyteros), dan "pelayan" (diakonos). Struktur ini kemudian menjadi struktur Hierarkis yang terdiri dari uskup, imam dan diakon.

2. Dewan Para Uskup
Pada akhir zaman Gereja perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para uskup adalah pengganti para rasul, seperti juga dinyatakan dalam Konsili Vatikan II (LG 20). Tetapi hal itu tidak berarti bahwa hanya ada dua belas uskup (karena duabelas rasul). Disini dimaksud bukan rasul satu persatu diganti oleh orang lain, tetapi kalangan para rasul sebagai pemimpin Gereja diganti oleh kalangan para uskup. hal tersebut juga di pertegas dalam Konsili Vatikan II (LG 20 dan LG 22).
Tegasnya, dewan para uskup menggantikan dewan para rasul. Yang menjadi pimpinan Gereja adalah dewan para uskup. Seseorang diterima menjadi uskup karena diterima kedalam dewan itu. itulah Tahbisan uskup, "Seorang menjadi anggota dewan para uskup dengan menerima tahbisan sakramental dan berdasarkan persekutuan hierarkis dengan kepada maupun para anggota dewan" (LG 22). Sebagai sifat kolegial ini, tahbisan uskup belalu dilakukan oleh paling sedikit tiga uskup, sebab tahbisan uskup berarti bahwa seorang anggota baru diterima kedalam dewan para uskup (LG 21).

3. Paus
Kristus mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul lainnya untuk menggembalakan umat-Nya. Paus, pengganti Petrus adalah pemimpin para uskup.
Menurut kesaksian tradisi, Petrus adalah uskup Roma pertama. Karena itu Roma selalu dipandang sebagai pusat dan pedoman seluruh Gereja. Maka menurut keyakinan tradisi, uskup roma itu pengganti petrus, bukan hanya sebagai uskup lokal melainkan terutama dalam fungsinya sebagai ketua dewan pimpinan Gereja. Paus adalah uskup Roma, dan sebagai uskup Roma ia adalah pengganti Petrus dengan tugas dan kuasa yang serupa dengan Petrus. hal ini dapat kita lihat dalam sabda Yesus sendiri :
"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Mat 16:17-19).
4. Uskup
Paus adalah juga seorang uskup. kekhususannya sebagai Paus, bahwa dia ketua dewan para uskup. Tugas pokok uskup ditempatnya sendiri dan Paus bagi seluruh Gereja adalah pemersatuTugas hierarki yang pertama dan utama adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas itu boleh disebut tugas kepemimpinan, dan para uskup "dalam arti sesungguhnya disebut pembesar umat yang mereka bimbing" (LG 27).
Tugas pemersatu dibagi menjadi tiga tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan Gereja. Komunikasi iman Gereja terjadi dalam pewartaan, perayaan dan pelayanan. Maka dalam tiga bidang itu para uskup, dan Paus untuk seluruh Gereja, menjalankan tugas kepemimpinannya. "Diantara tugas-tugas utama para uskup pewartaan Injilah yang terpenting" (LG 25). Dalam ketiga bidang kehidupan Gereja uskup bertindak sebagai pemersatu, yang mempertemukan orang dalam komunikasi iman.

5. Imam
Pada zaman dahulu, sebuah keuskupan tidak lebih besar daripada sekarang yang disebut paroki. Seorang uskup dapat disebut "pastor kepala" pada zaman itu. dan imam-imam "pastor pembantu", lama kelamaan pastor pembantu mendapat daerahnya sendiri, khususnya di pedesaan. Makin lama daerah-daerah keuskupan makin besar. Dengan Demikian, para uskup semakin diserap oleh tugas oraganisasi dan administrasi. Tetapi itu sebetulnya tidak menyangkut tugasnya sendiri sebagai uskup, melainkan cara melaksanakannya. sehingga uskup sebagai pemimpin Gereja lokal, jarang kelihatan ditengah-tengah umat.
melihat perkembangan demikian, para imam menjadi wakil uskup. "Di masing-masing jemaat setempat dalam arti tertentu mereka menghadirkan uskup. Para imam dipanggil melayani umat Allah sebagai pembantu arif bagi badan para uskup, sebagai penolong dan organ mereka" (LG 28).
Tugas konkret mereka sama seperti uskup: "Mereka ditahbiskan untuk mewartakan Injil serta menggembalakan umat beriman, dan untuk merayakan ibadat ilahi"

6. Diakon
"Pada tingkat hiererki yang lebih rendah terdapat para diakon, yang ditumpangi tangan 'bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan'" (LG29). Mereka pembantu uskup tetapi tidak mewakilinya.
Para uskup mempunyai 2 macam pembantu, yaitu pembantu umum (disebut imam) dan pembantu khusus (disebut diakon). Bisa dikatakan juga diakon sebagai "pembantu dengan tugas terbatas". jadi diakon juga termasuk kedalam anggota hierarki
oo 000 ooo


Istilah nama:
seorang kardinal adalah seorang uskup yang diberi tugas dan wewenang memilih Paus baru, bila ada seorang Paus yang meninggal. (karena Paus adalah uskup roma, maka Paus baru sebetulnya dipilih oleh pastor-pastor kota Roma, khususnya pastor-pastor dari gereja-gereja "utama" (cardinalis)). Dewasa ini para kardinal dipilih dari uskup-uskup seluruh dunia. lama kelamaan para kardinal juga berfungsi sebagai penasihat Paus, bahkan fungsi kardinal menjadi suatu jabatan kehormatan. Para kardinal diangkat oleh Paus. Sejak abad ke 13 warna pakaian khas adalah merah lembayung.

Selasa, 03 Desember 2019

MENJADI KATOLIK

Menjadi Katolik, beriman katolik, beragama katolik atau beriman kepada Yesus Kristus berarti orang diajak untuk mengambil sikap tertentu dalam diri dan kehidupannya, dengan cara meninggalkan dunianya yang lama dan berani untuk mengarahkan hidup dalam dunia baru. Menjadi Katolik tidak hanya hidup baru dengan agama Katolik dan ajaran Katolik, tetapi menjadi manusia yang sungguh-sungguh baru. Menjadi orang beriman Katolik berarti menjadi percaya dan menyerahkan dirinya secara utuh dan penuh kepada Yesus Kristus
 
"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2Kor 5:17) 

Bagi orang yang telah menanggapi panggilan bebas yang diberikan oleh Allah, dan memilih untuk menjadi Katolik, beriman Katolik dan beragama katolik harus menempuh proses pembelajaran terlebih dahulu sebelum menjadi warga Geraja katolik secara penuh.
Berikut Tahapan yang harus ditempuh/dijalani bagi mereka yang terpanggil untuk mengikuti Yesus Krisuts lewat Gereja Katolik.
  • Masa Praketekumenat
    Tujuan dari masa prakatekumenat ini agar para simpatisan malaui berkenalan dengan Gereja Katolik, Yesus Kristus, Iman dan cara Hidup Katolik. dimana masa ini ditutup dengan tahap pertama yaitu dengan upacara penerimaan Katekumen.
  • Masa katekumenat
    Pada masa katekumenat (calon baptis) praktis sudah berhubungan dengan Gereja, bahkan sudah termasuk keluarga Kristus. Dalam masa ini para katekument (calon baptis) semakin mendapat kesempatan lebih banyak dalam pembelajaran pokok-pokok iman katolik dan lebih meningkatkan hidupnya sebagai orang katolik. Masa ini ditutup denga tahap kedua yaitu upacara penerimaan calon Baptis.
  • Masa persiapan Terakhir
    Masa ini disebut juga masa penyucian dan penerangan, dimana masa ini ditutup dengan tahapa ketiga yaitu dengan upacara penerimaan sakramen baptis/inisiasi (tergantung paroki-paroki ybs). (pada kebijakan tertentu materi mistagogi diberikan terlebih dahulu) sebelum diterimakan sakramen baptis/inisiasi kepada peserta (katekument)
  • Masa Mistagogi
    mengingat setelah pembatisan belum berarti orang katolik tersebut sudah memahami semua rahasia iman katolik, juga belum sepenuhnya mantap sebagai orang katolik, maka masih perlu disediakan sejumlah bahan lanjutan yaitu mistagogi. Masa Mistagogi ditutup dengan rekoleksi pendalaman iman
Isi dari tahap dan masa pembelajaran biasanya disesuaikan dengan kebijakan dari masing-masing keuskupan. Kadang kala masa persiapan terakhir juga di berikan pemantapan materi pemahaman iman dalam Misatagogi. dan masa misatagogi ditutup dengan rekoleksi

berikut ilustrasi dari empat masa dan tiga tahap dalam proses menjadi Katolik.

PENGANTAR

Allah dalam Dirinya sendiri sempurna dan bahagia tanpa batas. Berdasarkan keputusan-Nya yang dibuat karena kebaikan semata-mata, Ia telah menciptakan manusia dengan kehendak bebas, supaya manusia itu dapat mengambil bagian dalam kehidupan-Nya yang bahagia. Karena itu, pada setiap saat dan di mana-mana Ia dekat dengan manusia. Ia memanggil manusia dan menolongnya untuk mencari-Nya, untuk mengenal-Nya, dan untuk mencintai - Nya dengan segala kekuatannya. Ia memanggil semua manusia yang sudah tercerai-berai satu dari yang lain oleh dosa ke dalam kesatuan keluarga-Nya, Gereja. Ia melakukan seluruh usaha itu dengan perantaraan Putera-Nya, yang telah Ia utus sebagai Penebus dan Juru Selamat, ketika genap waktunya. Dalam Dia dan oleh Dia Allah memanggil manusia supaya menjadi anak-anak-Nya dalam Roh Kudus, dan dengan demikian mewarisi kehidupan-Nya yang bahagia. (KGK 1)
 
Melalui kehendak bebas yang diberikan oleh Allah pada manusia, manusia bebas bersikap menggunakannya untuk menentukan pilihannya dalam menolah dunia dan seisinya serta terutama dalam menjalin Relasi dengan Allah.
 
Kehendak bebas atau kebebasan sikap diartikan sebagai sikap bebas tanpa paksaan atau dipaksa oleh pihak lain, dalam menentukan pilihan yang terbaik berdasarkan suara hatinya. Suara hati diyakini sebagai suara Allah, yang sedang berbicara dan mengarahkan orang pada kebaikan dan kebenaran dan juga mampu membedakan yang baik dan yang jahat. Suara hati sangat berperan dalam menentukan jati diri seseorang, sejauh orang tersebut mau dan mampu mendengarkan sura hatinya. Maka berdasarkan suara hati setiap orang BEBAS memlilih yang paling baik dan benar bagi diri dan kehidupannya, termasuk dalam memlih agama atau kepercayaan yang dianutnya. Sehingga Jelas bahwa agama dan kepercayaan yang dianut dan dihayati ini sungguh-sungguh pilihannya sendiri, bukan karena terpaksa terlebih-lebih dipaksa oleh orang lain.
 
Setiap orang yang di sapa oleh Allah menanggapinya dengan iman, yang terungkap lewat agama dan kepercayaan. Demikan halnya dengan orang beriman Katolik, mempunyai iman kepada Yesus Kristus, melalui agama katolik. Maka dengan menyebutnya beriman katolik berarti orang itu percaya dan beriman seutuhnya kepada Yesus Kristus, sebab Dialah yang menjadi "Jalan, Kebenaran dan Hidup" (Yoh 14:6).
 
Bagaimana menjadi, beriman Katolik serta beragama Katolik

kita kembali kepada Kehendak bebas yang Allah berikan kepada setiap umat-Nya untuk memilih agama dan kepercayaan yang akan dijalaninya. Demikian halnya menjadi Katolik, beriman katolik dan beragama katolik, bukanlah suatu keterpaksaan atau dipaksa oleh orang lain. Lewat dunia maya ini, kami menyajikan langkah-langkah yang harus diikuti oleh setiap orang yang menggunakan kehendak bebasnya akan memilih menjadi katolik, beriman katolik, beragama Katolik. 

Semoga lewat dunia maya ini bisa menjadi gambaran dan jawaban bagi mereka yang terpanggil dan menjawab kehendak bebasnya dalam memilih menjadi katolik, beriman katolik, beragama Katolik.
 

KENAL DENGAN YESUS

Siapakah Yesus Kristus?

1. Bagaimana awal kehidupan Yesus?

Sifat apa saja yang membuat Yesus mudah didekati?—MATIUS 11:29; MARKUS 10:13-16.
Ia adalah ciptaan Allah yang pertama. Tidak seperti manusia lain, Yesus hidup di surga sebagai makhluk roh sebelum dilahirkan di bumi. (Yohanes 8:23) Ia tidak dilahirkan oleh seorang wanita di surga. Ia diciptakan langsung oleh Bapak surgawinya, Yehuwa. Jadi, Yesus dengan tepat disebut Putra Allah. Ia juga disebut ”Firman” karena ia menjadi juru bicara Allah. (Yohanes 1:14) Yesus turut membantu sewaktu Allah menciptakan hal-hal lain.—Baca Amsal 8:22, 23, 30; Kolose 1:15, 16.

2. Mengapa Yesus datang ke bumi?

Allah mengutus Yesus ke bumi dengan memindahkan kehidupan Putra-Nya itu dari surga ke dalam rahim seorang perawan Yahudi bernama Maria. Jadi, Yesus tidak mempunyai ayah manusia. (Lukas 1:30-35) Yesus datang ke bumi untuk (1) mengajarkan kebenaran tentang Allah, (2) memberikan teladan dalam hal melaksanakan kehendak Allah bahkan dalam keadaan sulit, dan (3) memberikan kehidupannya yang sempurna sebagai ”tebusan”.—Baca Matius 20:28.

3. Mengapa kita membutuhkan tebusan?

Tebusan adalah harga yang harus dibayarkan untuk membebaskan orang dari ancaman kematian. (Keluaran 21:29, 30) Sewaktu menciptakan manusia, Allah tidak pernah menginginkan mereka menjadi tua dan mati. Apa buktinya? Allah mengatakan kepada manusia pertama, Adam, bahwa jika ia melakukan apa yang disebut ”dosa” oleh Alkitab, ia akan mati. Jadi, seandainya Adam tidak berbuat dosa, ia tidak akan pernah mati.  (Kejadian 2:16, 17; 5:5) Menurut Alkitab, kematian ”masuk” ke dalam dunia umat manusia melalui Adam. Jadi, kepada keturunannya, Adam meneruskan dosa dan hukumannya, yaitu kematian. Kita membutuhkan tebusan agar dibebaskan dari hukuman kematian yang kita warisi dari Adam.—Baca Roma 5:12; 6:23.
Siapa yang dapat membayar tebusan untuk membebaskan manusia dari kematian? Sewaktu kita mati, kita hanya membayar hukuman bagi dosa kita sendiri saja. Manusia yang tak sempurna tidak dapat membayar tebusan bagi dosa orang lain.—Baca Mazmur 49:7-9.

4. Mengapa Yesus perlu mati?

Tidak seperti kita, Yesus sempurna karena ia lahir melalui mukjizat. Ia tidak pernah berbuat dosa. Jadi, ia tidak perlu mati karena dosanya sendiri, tetapi dia mati demi orang lain yang berdosa. Allah mengutus dia karena Ia sangat mengasihi manusia. Yesus juga menunjukkan kasihnya kepada kita dengan menaati Bapaknya dan memberikan nyawanya demi kita.—Baca Yohanes 3:16; Roma 5:18, 19.
Tonton video Kenapa Yesus Perlu Mati?

5. Apa peranan Yesus sekarang?

Sewaktu berada di bumi, Yesus menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, dan menolong orang yang menderita. Dengan demikian, ia menunjukkan apa yang akan ia lakukan di masa depan bagi semua manusia yang taat. (Matius 15:30, 31; Yohanes 5:28) Setelah Yesus mati, Allah menghidupkannya kembali sebagai makhluk roh. (1 Petrus 3:18) Kemudian, Yesus menunggu di sebelah kanan Allah sampai Yehuwa memberi dia kuasa untuk memerintah sebagai Raja atas seluruh bumi. (Ibrani 10:12, 13) Sekarang, Yesus telah memerintah sebagai Raja di surga, dan para pengikutnya mengumumkan kabar baik tersebut di seluruh dunia.—Baca Daniel 7:13, 14; Matius 24:14.
Tidak lama lagi, Yesus akan menggunakan kuasanya sebagai Raja untuk menyingkirkan semua penderitaan dan orang-orang yang menyebabkannya. Semua orang yang beriman kepada Yesus dengan menaatinya akan menikmati kehidupan dalam firdaus di bumi.—Baca Mazmur 37:9-11.